Subscribe:

Senin, 10 September 2012

True Love Short Story _ Tetap akan Terus Berlanjut

"Hmph.." desahku pelan dalam perjalanan pulang dari sekolah. Langit memang mendung, tapi tidak berniat untuk menurunkan rintik-rintiknya yang selalu dapat membuatku melupakan masalah yang selalu menghantuiku, meskipun hanya beberapa detik. 

Papa menyetir seperti biasa, 15 menit perjalanan pulang itu hanya diisi dengan lagu yang selalu terputar dari pertama kali mobil itu terbeli lagi. "Pa.. Aku mulai bosan," rutukku dalam hati. 

Tetapi, yang mengganggu jalan kehidupanku hanya 'satu'. Kejadian setahun silam masih tersimpan rapi di dalam benak dan pikiranku. Meskipun sekarang sudah mulai kusam karena terlalu sering kuputar, tetapi semua adegan-adegan yang membuatku terjatuh masih dapat kuingat jelas. Tentang aku yang rapuh hingga tak berani menatap matamu ataupun matanya. 


Bayangan yang menyesakkan bergantian muncul dengan cepat. Aku ingin menangis, sangat ingin! Tapi, aku kuat! Dan akan tetap terus kuat! 




"Kita kan sahabat!" seruku dan Aletta kompak.

***

"Aku suka sama dia! Rasa itu udah jelas sekarang!" ujarku penuh semangat pada Aletta.

***

"Aku janji ga bakal pacaran sebelum SMA," aku hanya diam membaca pesan singkat dari Gilbert. Oh! Cintaku bertepuk sebelah tangan!

***

"Aku sakit, ga bisa sekolah," desahku pada Aletta saat sedang telponan pada malam hari, seperti malam kemarin-kemarin.

***

Feb 2011...
"Aku pacaran ama Gilbert," cerita Aletta dengan senyum 100 Watt kepadaku. Haha! Aku ingin menertawakan hidupku sendiri saat itu.

***

"Gilbert sukanya ama cewek putih, agak tinggi, pintar, rapi, dan bersih," ujar Aletta tanpa kutanya. "Semuanya kriteriamu kan!" teriakku dalam hati.

***

"Aku putus," ujar Aletta dengan wajah datar.

***

"Jangan sebut nama dia depanku!" marah Gilbert saat aku menyinggung hubungannya dengan Aletta. Selalu aku yang dimarahi... 





"Udah sampai," ujar Papa membuyarkan lamunanku. Aku langsung mengambil tasku dan masuk ke dalam kamar tanpa ba-bi-bu. 

Kuraih guling kesayanganku. Mataku nyaris terpejam sempurna sampai akhirnya getar handphoneku membuatku mengeluh. Tapi nama yang tertera di sana membuat kesadaranku pulih seketika. 

______ gilbert ______ 

San.... 

Reply : kenapa? 



______ gilbert ______ 

Bosan doang, hehehe, piss ^^v 

Reply : kirain ;p 



Sekitar 5 menit, tak ada balasan dari Gilbert, aku hanya memegang handphoneku erat, hingga akhirnya tertidur dengan posisi handphone yang masih berada di tanganku. 


Mama mengetuk pintu kamarku kasar. Setelah mengumpulkan kesadaran sepersekian detik, dengan berjalan gontai kubuka pintu kamar yang kukunci. 

"Makan?" tanya mamaku singkat. 
"Ga," jawabku tak kalah singkat. Mama langsung berjalan ke arah meja makan tanpa menghiraukanku. 

Aku memegang keningku sebentar, panas. Pantas saja aku bisa tidur nyenyak, biasanya paling ga bisa tidur. Daripada kumemusingkannya, langsung kuambil headphone hitam putihku dan kusambung ke handphoneku. Lagu demi lagu mengalun lembut. Tak perlu kuatur. Karena semua lagu di pemutar musikku temponya lambat dan tentunya khusus buat orang patah hati. 

Dirimu...
Tak pernah menyadari,
Semua
Yang telah kau miliki
Kau buang aku
Tinggalkan diriku
Kau hancurkan aku
Seakan ku tak pernah ada.... 
" lagu Vierra - Perih langsung kuhentikan. Aku cukup rapuh untuk mendengar lagu itu. 

Bunyi lampu dimatikan mulai terdengar disusul dengan dentuman keras pintu kamar Mama dan Papa. Hmph. Aku terlambat keluar untuk mengambil obat penurun panas. 

"Drrt.. Drrt.." 
______ gilbert ______ 

Xbb san.. 
Sorry banget... 

Reply : He'emh.. 


______ gilbert ______ 

Marah? 

Reply : ga.. 
Badanku panas 


______ gilbert ______ 

Jdi? 
Dh mkn? 
Dh minum obat? 

Reply : ga berani keluar.. 
Lampunya udh dimatiin 


______ gilbert ______ 

Eh.. 
Keluar lah, jgn takut.. 
Pasti blm makan.. 

Reply : aku takut gelap.. 


______ gilbert ______ 

Ih.. 
Ku telpon yh? U sambil jalan keluar 

Reply : ga usah :) 
Aku tidur aj 


______ gilbert ______ 

Ih,. 
Parah u, ntar sakit 

Reply : ga bakal doh, liat aja besok 
Udah yh? 
Bye 


______ gilbert ______ 

Ih,. 
Awas aja kalau sakit.. 

Bye, nite 
Met bobo dan mimpi indah 




Aku tersenyum singkat. Aku tak berani mengambil kesimpulan secepat dulu. 


Cukup sekali aku dibodohi oleh cinta. Tunggu! Cinta? Haha! Salah, maksudku 'suka' dan 'sayang'. 

Setelah memasang alarm untuk jak 3.45 subuh. Aku terlelap, dan? Aku bermimpi dirinya -Gilbert- 


*** 

Aku ga sakit kan! Tinggal tidur semua beres. Ga perlu takut *pamer*. 

Sampai bel berbunyi. Sosoknya masih belum kelihatan. "Apa dia ga datang?" tanyaku dalam hati. Menyadari kecemasanku, Aletta menggelitikku selama acara baris-berbaris. Aku kan paling ga bisa digelitik, otomatis aku berusaha setengah mati menahan tawa. 

Setelah barisan dibubarkan, Aletta masih gencar menyerangku. Dan..... Entah tersandung kaki siapa dan dimana. BRUKKK! Terjatuhlah aku di tengah lapangan. Aletta membantuku berdiri dan meminta maaf. Aku hanya mengangguk dan berjalan sedia kala seperti dirinya. Padahal dalam hati air mataku mengalir deras karena tak tahan dengan perihnya. Apalagi jatuh di Papling Block *orang bilang begitu, tulisannya ga tau =.=* yang kasar. 

Kulihat Aletta masih iseng mengerjaiku meski tidak pakai acara 'gelitik-gelitikan'. Dalam hati kuberkata, "Masih ada yang lebih perih dari luka ini," dalam sekejap saja air mata menetes dan dengan segera aku menghapusnya. "AKU GA MAU DIANGGAP LEMAH DAN DIBILANG LEMAH!" teguhku dalam hati. Jadi setiap orang bertanya, "Sakit?" jawabanku pasti, "Tidak tuh.. Ga luka, ga sakit," dowwweng... Jelas-jelas lututku biru campur merah ditambah darah yang terlihat jelas. Belum lagi sikuku. Huh... Lengkap! 

Setelah di dalam kelas, aku melihat tasku dan mengingat-ingat, PR ku udah siap semua belum? Setelah 'pasti' sudah selesai. Aku mencari sosok 'Gilbert' yang biasanya bikin keceriaan di seluruh sudut kelas. Bangkunya kosong, tasnya ga ada, apalagi orangnya! Padahal udah kangen ngelihat mata dia yang bikin teduh dan sosoknya yang penuh ketegaran 

"Liatin siapa?" goda Ica, gadis imut yang duduk di belakangku. Khas orang jatuh cinta, aku diam mencari alasan dan.. "Ga liatin siapa-siapa, cuma ngeliatin botolnya Sisca goyang, gempa yah?" alasan macam apa itu?! Mana kutau! 

"Mungkin dia terlambat," analisaku dalam hati. Yah, semoga... 


"Gilbert?" absen guru B.Indo kami. Salah satu temannya menyahut, "Sakit," doeengggggg... Kok? Nah? Loh? Kok? 

Aku pingin hari ini cepat berlalu, SANGAT PINGIN!!!! 

Setelah bel berbunyi, aku langsung lari duluan! Syuuuuh... Ke arah antrean untuk Scan Jari, sambil nunggu sambil nendang-nendang orang di depan sampai ngomel gaje. Huh... 

Sampai rumah banting bantal! Cari Handphone yang lagi main petak umpet... Cari nama 'gilbert' di kontak yang isinya cuma 50-an. 

Send to ______ gilbert ______ 

Bert? Kok ga skul? Sakit? 


Berawal dari satu sms itu, 89 sms lainnya menemani, malam itu penuh dengan satu nama! 

Nama yang sudah pernah terukir seperti saat ini. Yap! Setahun lalu! Rasanya dulu pingin jitak dia, injak dia, dorong dia, jatuhin dia, banyak deh! Tapi sekarang? Setelah dia menjauh dari Aletta, ada perasaan baru yang muncul... Seperti, setahun yang lalu. 

Aku hanya bisa mendesah saat ku tahu, aku hanya tempat 'pelarian' untuk yang kedua kalinya. 

Semua perhatian dan kenangan baru yang diberi olehnya seakan-akan untuk Aletta, bukan untukku... Beberapa kali ia salah mengirim sms, memanggilku dengan nama lain. Dan aku hanya bisa membalas -Salah kirim sms tuh!- padahal aku tahu jelas, itu sms untukku yang ditujukan untuk Aletta, benar ga, Bert? 

Kamu tenang aja... Aku bakal tetap di sini, menantimu melupakannya, meski ku tahu, setelah aku membuatmu melupakannya, yang kamu incar bukan aku, melainkan orang lain. Orang yang lebih dulu mencintaimu dibanding diriku. 

Siapa yang suruh kamu jadi orang populer?! Bikin aku selalu tersingkir! Aku suka kamu bukan karena kamu pandai main basket, kok! 
Aku juga suka kamu bukan karena kamu pandai di kelas, 
Apalagi aku suka kamu bukan karena INGIN MENANG SEMATA DARI'NYA'... 
Aku suka kamu karena perhatianmu, karena harapan kosongmu, karena kebodohanku, karena keegoisanku. 

Rasa ini akan terus belanjut, meski kamu berusaha melupakanku. Aku memang pernah mencoba melupakanmu! Tapi semakin kuberusaha, bayang-bayangmu semakin jelas menghantuiku, semakin jelas mengejarku, dan semakin jelas untuk membuatku merasakan 'rasa' yang sama, seperti SETAHUN YANG LALU!!!!!!! 








Aku akan tetap menunggu di sini, menunggu sampai kamu menyadari, siapa yang lebih tulus mencintaimu, aku atau dia..... 




-end- 



Diambil dari: https://www.facebook.com/notes/kumpulan-karya-gravil-esidra/true-love-short-story-_-tetap-akan-terus-berlanjut/189362957821032

0 komentar:

Posting Komentar